- 09 Aug 2024
- PEF Indonesia
Pada tanggal 8 Agustus 2024, Jepang diguncang oleh gempa bumi berkekuatan 7,1 skala Richter di wilayah barat. Meskipun tidak ada kerusakan besar yang dilaporkan, gempa ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan global. Pasar valuta asing merespons dengan pergerakan signifikan, di mana yen Jepang (JPY) justru mengalami pelemahan terhadap dolar AS (USD), membuat pasangan mata uang USD/JPY naik. Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh ekspektasi bahwa pemerintah Jepang mungkin perlu mengambil langkah-langkah tambahan untuk mendukung ekonomi pasca-gempa, termasuk intervensi kebijakan moneter yang lebih longgar.
Selain itu, pernyataan dari Bank of Japan (BoJ) mengenai potensi kenaikan suku bunga di masa mendatang turut mempengaruhi sentimen pasar. Meski ada kekhawatiran mengenai dampak gempa, beberapa analis percaya bahwa kebijakan moneter yang lebih ketat masih akan diberlakukan untuk mengendalikan inflasi, terutama setelah data menunjukkan peningkatan upah di Jepang. Hal ini menciptakan spekulasi bahwa suku bunga yang lebih tinggi bisa menarik investor kembali ke yen, tetapi untuk sementara waktu, USD/JPY tetap dalam tren naik karena investor lebih memilih dolar AS sebagai aset safe-haven.
Dalam beberapa hari setelah gempa, volatilitas di pasar forex meningkat, dengan USD/JPY mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan. Kondisi ini juga diperburuk oleh laporan pekerjaan yang lemah dari Amerika Serikat, yang memicu kekhawatiran baru mengenai potensi resesi di AS. Pasar merespons dengan memperkirakan langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari Federal Reserve, yang pada gilirannya mendukung penguatan USD. Dengan demikian, kombinasi faktor global dan domestik ini membuat USD/JPY terus bergerak naik meskipun ada kekhawatiran seputar situasi di Jepang.