USDIDR
terjun bebas pada perdagangan kemarin, Rupiah (IDR) menguat dan ditutup di
15.917. Pada perdagangan sesi Asia pagi ini, Rupiah berada di kisaran 15.933
setelah Dolar AS (USD) merosot ke 104,19 akibat data Indeks Harga Konsumen
(IHK) AS yang dirilis semalam sesuai dengan prakiraan yang lebih lemah dari
angka sebelumnya.
Inflasi
yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) AS di bulan April sesuai dengan
estimasi pasar, turun ke 3,4% YoY dari kenaikan 3,5% di bulan sebelumnya.
Inflasi IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi, turun ke 3,6%
YoY sesuai dengan estimasi dan lebih lemah dari angka sebelumnya 3,8%.
Bersamaan dengan rilis data IHK tersebut, Penjualan Ritel AS tercatat melemah
ke 3% YoY pada bulan April, di bawah angka sebelumnya 3,8%. Data Penjualan
Ritel bulanan berada di 0% di bawah konsensus 0,4%.
Data-data
dari Amerika Serikat yang lemah tersebut telah menekan Greenback, karena
menguatnya harapan pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Menurut Tim Riset
Wells Fargo, secara keseluruhan, data inflasi bulan April akan membantu
memulihkan kepercayaan diri The Fed bahwa pertumbuhan harga terus berlanjut
secara moderat melalui gejolak dari bulan ke bulan. Kemudian, tim riset
tersebut melanjutkan dengan menyebutkan bahwa “kami pikir akan membutuhkan
lebih dari satu laporan IHK yang solid untuk mendorong penurunan suku bunga
pertama.”
Kemarin,
Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia melaporkan bahwa Neraca Perdagangan
Indonesia di bulan April mengalami surplus sebesar USD3,56 Miliar, lebih tinggi
dibandingkan estimasi pasar sebesar USD3,30 Miliar dan di bawah USD4,47 Miliar
pada bulan sebelumnya. Data yang optimis ini membantu Rupiah menguat terhadap
Greenback.
Bank
Indonesia baru saja merilis angka Indeks Harga Perumahan YoY, yang meningkat ke
1,89% di Kuartal pertama 2024, lebih tinggi dari 1,74% pada kuartal keempat
2023. Menurut laporan BI, penjualan properti residensial tumbuh 31,16% (yoy),
jauh di atas kuartal sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,37% (yoy).
Gubernur
Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo percaya bahwa Rupiah akan terus menguat
melawan Dolar AS, setelah BI menaikkan suku bunganya, Rupiah berada di kisaran
16.000. Menurutnya, sesuai dengan fundamental di Indonesia, Rupiah akan
mengungguli Dolar AS, dan BI sedang mengupayakan untuk menurunkan Rupiah di
bawah 16.000 per Dolar AS.
Malam
nanti, para pedagang akan memantau data Klaim Tunjangan Pengangguran AS pada
pekan yang berakhir tanggal 10 Mei dan beberapa pidato dari pejabat The Fed.