Pound Sterling Bangkit saat Inflasi Inggris yang Lemah
Pound Sterling (GBP) bangkit kembali pada sesi London hari Rabu setelah bereaksi liar pasca rilis laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) Inggris untuk Desember, yang mengungkapkan bahwa tekanan inflasi tumbuh secara moderat. Laporan IHK menunjukkan bahwa inflasi tahunan secara tak terduga naik pada laju yang lebih lambat yaitu 2,5% dibandingkan 2,6% pada November. Para ekonom memprakirakan data inflasi naik ke 2,7%.
Pada basis bulanan, inflasi umum naik 0,3%, lebih cepat dari pertumbuhan 0,1% pada November tetapi lebih lambat dari estimasi 0,4%.
Sementara itu, mata uang Inggris sudah berkinerja buruk karena meningkatnya imbal hasil Gilt Inggris telah membahayakan keputusan Kanselir Keuangan Rachel Reeves untuk tidak mendanai belanja sehari-hari melalui pinjaman luar negeri. Imbal hasil Gilt 30-tahun Inggris telah naik ke dekat 5,47%, level tertinggi dalam 26 tahun. Imbal hasil Inggris melonjak karena para pelaku pasar menjadi berhati-hati terhadap prospek ekonomi Inggris di tengah kemungkinan perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Presiden terpilih Donald Trump diprakirakan akan menaikkan tarif impor secara signifikan, skenario yang akan melemahkan sektor ekspor Inggris, yang merupakan salah satu mitra dagang utama AS.
Pertumbuhan inflasi Inggris yang moderat diprakirakan akan memaksa investor untuk memperlambat laju penjualan utang pemerintah. Tekanan harga yang melambat akan membuka jalan bagi BoE untuk memangkas suku bunga dalam pertemuan kebijakan pada bulan Februari, sebuah skenario yang akan meningkatkan prospek ekonomi Inggris.
Share this Post



